Beranda | Artikel
Pintu-Pintu Kebaikan Saling Mengikuti Satu dengan Yang Lainnya
Senin, 7 Januari 2019

Bersama Pemateri :
Syaikh `Abdurrazzaq bin `Abdil Muhsin Al-Badr

Pintu-Pintu Kebaikan Saling Mengikuti Satu dengan Yang Lainnya adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam dengan pembahasan Kitab Kaifa Takunu Miftahan Lil Khoir (Bagaimana Menjadi Pembuka Pintu Kebaikan). Pembahasan ini disampaikan oleh: Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr pada 23 Rabbi’ul Tsani 1440 H / 31 Desember 2018 M.

Status Program Kajian Tentang Bagaimana Menjadi Pembuka Pintu Kebaikan

Status program Kajian Tentang Bagaimana Menjadi Pembuka Pintu Kebaikan: SELESAI.

Download mp3 kajian sebelumnya: Mengingat Kehidupan Akhirat dan Berteman dengan Orang-Orang Baik

Kajian Tentang Pintu-Pintu Kebaikan Saling Mengikuti Satu dengan Yang Lainnya

Para pemirsa dan pendengar Rodja yang semoga dirahmati oleh Allah subhanahu wa ta’ala, kita telah sampai pada pembahasan atau poin yang ke-13 yaitu bahwasanya:

13. Pintu-pintu kebaikan saling mengikuti satu dengan yang lainnya

Karena sesungguhnya pintu-pintu kebaikan terus diikuti oleh kebaikan-kebaikan yang lain. Barangsiapa yang dibuka untuknya satu pintu kebaikan, maka akan terbuka pintu-pintu kebaikan yang lainnya. Dan ini adalah nikmat dari Allah subhanahu wa ta’ala. Para ulama mengatakan:

إن الحسنة تنادي أختها و تدعوها

Sesungguhnya satu kebaikan akan menyeru dan mengajak kebaikan yang lainnya

Apabila dadamu lapang untuk melakukan satu pintu atau memasuki satu pintu dari pintu-pintu kebaikan, maka ini adalah nikmat Allah subhanahu wa ta’ala kepadamu. Karena kebaikan akan mengajak kebaikan yang lainnya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ ﴿٦٠﴾

Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).” (QS. Ar-Rahman[55]: 60)

Dan ini diambil juga dari firman Allah subhanahu wa ta’ala:

…وَمَن يَقْتَرِفْ حَسَنَةً نَّزِدْ لَهُ فِيهَا حُسْنًا ۚ…

“...Dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu…” (QS. Asy-Syura`[42]: 23)

Para pemirsa dan pendengar Rodja ya semoga dirahmati oleh Allah, dan apabila engkau mendapatkan pada dirimu semangat untuk memasuki satu pintu dari pintu-pintu kebaikan, maka manfaatkanlah, bersegeralah. Jangan sampai engkau terhalangi dari melakukan kebaikan tersebut. Karena ketahuilah, sesungguhnya jika engkau telah memasuki satu pintu kebaikan walaupun kebaikan tersebut adalah perkara yang ringan, engkau akan mendapatkan pada kebaikan yang ringan ini akan mengajak kepada kebaikan yang lainnya. Kebaikan tersebut akan membuka kepadamu pintu-pintu kebaikan yang lain. Karena satu kebaikan akan mengajak kebaikan yang lainnya. Sebaliknya, keburukan, dosa, juga akan memanggil dosa-dosa yang lainnya. Allah ta’ala berfirman:

ثُمَّ كَانَ عَاقِبَةَ الَّذِينَ أَسَاءُوا السُّوأَىٰ…

Kemudian hasil akhir dari perbuatan orang-orang yang berbuat buruk juga adalah keburukan...” (QS. Ar-Rum[30]: 10)

Dan diantara hadits-hadits yang semakna dengan apa yang kita sebutkan tadi yaitu hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya beliau bersabda:

مَا فَتَحَ رَجُلٌ بَابَ عَطِيَّةٍ، يُرِيدُ بِهَا صِلَةً، إِلَّا زَادَهُ اللهُ بِهَا كَثْرَةً

“Tidaklah seseorang membuka pintu pemberian dengan bersedekah atau dengan menyambung (hubungan kekerabatan), kecuali Allah ta’ala tambahkan kepadanya (kebaikan) yang banyak.” (HR. Ahmad)

Maka seharusnya bagi seorang manusia, jika terbuka baginya pintu kebaikan dan dia bersemangat untuk melakukan suatu kebaikan, hendaklah ia manfaatkan hal tersebut. Karena ketahuilah para pendengar sekalian, diri kita terkadang semangat dan terkadang juga futur atau tidak semangat. Maka jika terbuka kepada satu pintu dari pintu-pintu kebaikan, maka masuklah ke pintu tersebut walaupun engkau melihat hal itu suatu yang kecil. Karena kebaikan yang sedikit akan mengajak kepada kebaikan yang lainnya. Demikian anda akan terus meningkat, terus bertambah, kebaikan-kebaikan yang ada pada diri anda selangkah demi selangkah.

Para pendengar sekalian, berhati-hatilah! Jangan sampai engkau menghalangi dirimu dari kebaikan, walaupun hal itu sedikit. Karena engkau akan dihalangi dari kebaikan tersebut. Dan Allah subhanahu wa ta’ala menghalangi antara seseorang dengan hatinya. Maka manfaatkanlah kebaikan yang sedikit yang akan mengiringimu dan mengajakmu kepada kebaikan yang banyak.

14. Jangan meremehkan pintu kebaikan yang dibuka untuk orang lain

Janganlah anda meremehkan pintu kebaikan yang dibuka untuk orang lain. Karena barangsiapa yang dibukakan kepadanya satu pintu dari pintu-pintu kebaikan, maka dia tidak boleh untuk mencela pintu kebaikan yang dibukakan untuk selainnya. Dan ketika dibukakan kepadamu satu pintu dari pintu-pintu kebaikan, seperti contohnya shalat, engkau diberikan taufik oleh Allah untuk rajin melakukan shalat atau rajin berpuasa sunnah, atau engkau diberi taufik oleh Allah untuk melakukan satu amalan dari amalan-amalan kebaikan, maka janganlah engkau meremehkan pintu kebaikan yang dilakukan oleh orang lain. Karena bisa jadi dimudahkan kepadamu untuk banyak berpuasa, yang lain dimudahkan untuk membantu kaum muslimin dengan kegiatan-kegiatan sosial yang bisa jadi engkau melihat bahwasanya perkara itu remeh dibandingkan dengan shalatmu, sedekahmu atau puasamu. Padahal bisa jadi juga amalan orang lain lebih besar disisi Allah subhanahu wa ta’ala daripada apa yang engkau lakukan. Maka intinya disini kita tidak boleh meremehkan kebaikan yang dilakukan oleh orang lain. Karena engkau berada diatas kebaikan, dia juga berada diatas kebaikan, maka kita tidak boleh untuk meremehkan atau mencela, menganggap enteng kebaikan yang dilakukan oleh orang lain.

Sebagian orang, dan ini adalah masalah yang terjadi di banyak diantara kita. Yaitu ketika seseorang diberi taufik untuk melakukan satu ketaatan dari ketaatan-ketaatan yang sangat banyak, puasa contohnya atau rajin Qiyamul Lail kemudian ia melihat orang lain tidak beramal seperti amalannya, bisa jadi dia menganggap remeh, menganggap enteng orang lain tersebut. Padahal orang lain yang dianggap enteng bisa jadi ia juga mempunyai satu amalan yang tidak diketahui kecuali dia dan Allah subhanahu wa ta’ala dan amalan tersebut adalah amalan yang besar. Bahkan lebih besar daripada ketaatan yang manfaatnya kembali kepada pelakunya. Karena disana kita ketahui ada amalan-amalan yang manfaatnya kembali kepada diri seseorang yang mengamalkan dan kembali kepada orang lain. Dan ada amalan yang manfaatnya kembali kepada diri seseorang yang melakukannya saja. Oleh karena itu kita tidak boleh meremehkan satu kebaikan sedikitpun.

Dan diantara cerita yang sangat baik yang diriwayatkan dalam perkara ini yaitu kisah yang sangat indah yang terjadi antara Imam Malik bin Anas rahimahullah dan salah seorang ahli ibadah yang rajin beribadah. Kisah ini disebutkan oleh Ibnu Abdil Barr dalam kitabnya At-Tamhid dan darinya Adz-Dzahabi juga meriwayatkan dalam kitab beliau Siyar A’lamin Nubala. Yaitu bahwasanya Abdullah bin Abdul Aziz Al-Umari Al-Abid (ini adalah nama seorang yang ahli ibadah). Dia menulis surat kepada Malik dan mengajaknya untuk menyendiri dengan menyibukkan diri dengan beribadah dan dia kurang senang dengan apa yang dilakukan oleh Imam Malik rahimahullah. Maka Imam Malik rahimahullah pun menulis kepadanya atau membalas suratnya dan mengatakan:

“Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla membagikan amalan-amalan sebagaimana Allah membagikan rezeki-rezeki. D banyak dari orang yang dibukakan kepadanya pintu shalat akan tetapi tidak dibukakan kepadanya pintu puasa. Yang lain dibukakan kepadanya pintu sedekah, akan tetapi tidak dibukakan kepadanya pintu puasa. Dan ada juga orang yang dibukakan kepadanya pintu jihad dan tidak dibukakan kepadanya pintu shalat. Dan mengajarkan ilmu termasuk kebaikan yang sangat besar keutamaannya. Dan aku telah ridha dengan apa yang Allah karuniakan kepadaku. Dan aku tidak menyangka bahwasannya apa yang aku lakukan lebih kurang nilainya dibanding apa yang engkau lakukan. Dan aku berharap kita berdua berada dalam kebaikan. Dan wajib bagi setiap salah satu dari kita untuk ridha dengan apa yang telah Allah berikan kepadanya, Wassalam.”

Para pemirsa dan pendengar Rodja ya semoga dirahmati oleh Allah subhanahu wa ta’ala, perhatikan perkataan Imam Malik rahimahullah. Yaitu beliau mengatakan:

وأرجو أن يكون كلانا على خير

Dan aku berharap kita berdua berada diatas kebaikan

Beliau tidak mengatakan, “kau tidak paham” atau “engkau tidak memiliki apa yang aku miliki dari ilmu” Beliau tidak meremehkan sang ahli ibadah tadi. Akan tetapi beliau mengatakan perkataan yang sangat indah, perkataan yang penuh tawadhu. Beliau menutup perkataannya dengan mengatakan, “Dan aku berharap kita berdua berada diatas kebaikan” Aku berada diatas kebaikan dan engkau pun berada di atas kebaikan. Akan tetapi kebaikan yang aku berada diatasnya lebih besar. Karena manfaatnya untuk orang lain juga. Adapun orang yang rajin beribadah, maka manfaatnya hanya kembali kepada dirinya sendiri. Oleh karena itu dalam hadits sahabat Abu Darda radhiyallahu ‘anhu beliau meriwayatkan bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

فَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ

Keutamaan seorang alim dibanding seorang ahli ibadah seperti keutamaan bulan purnama dimalam purnama dibandingkan dengan bintang-bintang yang lainnya” (HR. Ahmad)

15. Mengobati hati

Para pemirsa dan pendengar Rodja yang semoga dirahmati oleh Allah subhanahu wa ta’ala yang menjadikan seorang pembuka dari pembuka-pembuka kebaikan. Yaitu dengan mengobati hatinya. Dan ini adalah perkara yang sangat besar. Perkara yang sangat agung. Yaitu مداواة النّفس (mengobati hati). Barangsiapa yang ingin menjadi kunci pembuka kebaikan, ia harus berusaha untuk mengobati hatinya, membersihkan diri dari penyakit-penyakit hati. Dan penyakit-penyakit hati ini sangat berbahaya sekali dan sangat merugikan seseorang. Seperti penyakit hasad, penyakit iri, penyakit dengki dan penyakit-penyakit lain yang ada dalam hati manusia. Maka barangsiapa yang ingin menjadi kunci pembuka kebaikan, hendaklah ia berusaha untuk mengobati hatinya, mengobati penyakit-penyakit hati yang ada dalam dirinya dengan senantiasa beristi’anah (meminta tolong kepada Allah subhanahu wa ta’ala) dan berdo’a kepadaNya. Dan diantara do’a yang diajarkan oleh Nabi kita sallallahu ‘alaihi wa sallam adalah do’a yang penuh berkah. Yang ditutup oleh beliau dengan:

وَاسْلُلْ سَخِيمَةَ صَدْرِي

Ya Allah bersihkanlah kotoran-kotoran dalam dadaku.“(HR. Ahmad)

Karena dada-dada manusia ada kotoran-kotoran, ada perasaan iri, ada rasa dengki, ada rasa hasad. Maka tidak mungkin seseorang untuk menjadi pembuka kebaikan untuk orang lain jika hatinya penuh dengan kedengkian, penuh dengan keburukan, penuh dengan hasad dan tidak akan mungkin muncul kebaikan dalam hati seseorang jika masih dipenuhi dengan penyakit penyakit ini. Oleh karena itu kita ketahui bahwasanya orang yang hasad, orang yang hatinya penuh dengan kebencian, bisa jadi dia menampakan dirinya di depan orang lain seakan-akan dia melakukan kebaikan, seakan-akan dia ingin membukakan kebaikan kepada orang lain. Padahal sesungguhnya dia sedang merusak.

Contoh dari perkara ini yaitu Imamnya orang-orang yang hasad, yaitu iblis ketika ia hasad kepada bapak kita Adam alaihissalam. Apa yang ia lakukan? Ia datang kepada Nabi Adam seakan-akan dia memberi nasihat yang terpercaya kemudian ia mulai menggodanya, kemudian menyebutkan perkara-perkara yang seakan-akan dia sedang menasehati bapak kita Adam alaihissalam. Allah ta’ala menceritakan hal ini dalam FirmanNya:

فَوَسْوَسَ لَهُمَا الشَّيْطَانُ لِيُبْدِيَ لَهُمَا مَا وُورِيَ عَنْهُمَا مِن سَوْآتِهِمَا وَقَالَ مَا نَهَاكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هَـٰذِهِ الشَّجَرَةِ إِلَّا أَن تَكُونَا مَلَكَيْنِ أَوْ تَكُونَا مِنَ الْخَالِدِينَ ﴿٢٠﴾ وَقَاسَمَهُمَا إِنِّي لَكُمَا لَمِنَ النَّاصِحِينَ ﴿٢١﴾ فَدَلَّاهُمَا بِغُرُورٍ ۚ …

“Kemudian datang setan menggoda keduanya untuk menempatkan apa yang tertutup dari aurat keduanya. Dan setan mengatakan, “Sesungguhnya Rabb kalian tidak melarang dari pohon ini kecuali kalian berdua akan menjadi malaikat atau menjadi orang yang kekal di surga” Setan bersumpah kepada keduanya, “Sesungguhnya aku termasuk pemberi nasihat”. Sesungguhnya setan sedang mengqada keduanya…” (QS. Al-A’raf[7]: 21)

Dan inilah yang akan dilakukan oleh orang yang mempunyai keburukan, mempunyai hasad, mempunyai iri dalam hatinya. Ia tidak cocok dan tidak pantas untuk menjadi pembuka kebaikan bahkan orang yang mempunyai penyakit-penyakit hati akan menjadi pembuka-pembuka keburukan. Maka dari itu wajib dan harus bagi kita semua untuk mengobati diri kita, mengobati hati-hati kita secara terus-menerus dan berharap kepada Allah dan berdo’a kepada Allah agar menjauhkan kotoran-kotoran yang ada dalam hati kita dan kita pun dituntut untuk berdo’a, berharap kepada Allah subhanahu wa ta’ala agar membersihkan hati kita dari perkara-perkara ini. Diantara do’a yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

اللَّهُمَّ آتِ نَفْسِي تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا

Ya Allah, berikanlah diriku ketakwaannya, sucikanlah ia, sesungguhnya Engkau sebaik-baik yang mensucikannya, Sungguhnya engkaulah pemilik hati.” (HR. Muslim)

Simak pada menit ke – 25:25

Simak Penjelasan Lengkap dan Downlod MP3 Ceramah Agama Tentang Pintu-Pintu Kebaikan Saling Mengikuti Satu dengan Yang Lainnya


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/46359-pintu-pintu-kebaikan-saling-mengikuti-satu-dengan-yang-lainnya/